Perubahan Kurikulum SMK Harus Lebih Revolusioner
Perubahan Kurikulum SMK Harus Lebih Revolusioner
Perubahan Kurikulum SMK Harus Lebih Revolusioner
Wacana Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengubah kurikulum SMK di Jatim agar lulusan (output) SMK memiliki ketrampilan (skill) memadai dan siap kerja, mendapat sambutan positif dari kalangan DPRD Jatim. Terlebih, berdasarkan data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jatim terbanyak disumbangkan oleh lulusan SMK.
Maka itu anggota Komisi E DPRD Jatim, Moh. Eksan berharap kurikulum nantinya bisa lebih revulisioner lagi, bahkan kurikulum SMK di Jatim bisa mencontoh negara maju di Eropa seperti Jerman. Berdasarkan hasil study banding yang pernah dilakukan politisi asal Partai NasDem di Stuggart Jerman, komposisi materi dan praktek (magang) harus seimbang.
"Di Jerman, dalam seminggu siswa SMK diberi materi di kelas 2-3 hari, kemudian 2-3 hari praktek atau magang di luar sejak mereka masuk semester pertama, sehingga antara materi dan praktek seimbang dan lulusannya benar-benar siap kerja," ujar Moh Eksan saat dikonfirmasi di DPRD Jatim, baru baru ini.
Perubahan lain yang dibutuhkan, kata Eksan yakni pola industrial harus dibangun dengan baik sejak dini, sehingga professionalitas dan enterprenership alumi SMK bisa dibangun dengan baik. "Di Jerman sudah ada 350 skill yang dimiliki SMK. Sedangkan di Indonesia baru kisaran 150 hard skill maupun soft skill yang diajarkan di SMK," jelas politisi asli Jember.
Ia juga berharap, sarana dan prasarana penunjang seperti laboratorium maupun BLK yang ada di SMK-SMK dipenuhi dengan baik. Mengingat, diakui atau tidak lulusan SMK di Jatim masih tergolong law skill akibat minimnya BLK dan laboratorium yang mereka miliki.
"Law skill lulusan SMK itu bisa diakibatkan oleh keterbatasan fasilitas pendukung, tenaga pendidik yang tidak linier, pola hubungan sekolah dengan industrial kurang baik serta kurikulum yang tidak mendukung," tegas Eksan politisi asal Fraksi Nasdem ini.
Eksan politisi asal Dapil dapil Lumajang-Jember ini, juga berharap pola kemitraan yang sudah dibagun Diknas Jatim dikembangkan terus. Misalnya kelas Alfamart, kelas Indomart, kelas Honda Astra. Mengingat, masih banyak potensi yang bisa dikembangkkan dengan mengedepankkan basis industrial di daerah setempat.
Eksan mencontohkan, SMK Pertanian bisa dikembangkan di daerah sentra pertanian, SMK Perikanan, SMK Perkebunan, SMK Perhotelan, SMK Pariwisata. "Pengembangan kelas khusus itu juga bisa bekerjasama dengan BUMN dan BUMD sehingga link and match bisa terbangun dengan baik," imbuhnya.
Sebelumya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa komposisi 70 : 30 antara SMK dan SMA di Jatim ternyata menimbulkan persoalan baru, dimana jumlah pengangguran terbuka lebih banyak disumbang oleh lulusan SMK. Itu terjadi lantaran output SMK masih dinilai unskill labour padahal harusnya skill labour.
Patut diduga, unskill labour lulusan SMK itu karena kuriklum SMK saat ini kurang memadai. Bahkan Gubernur Khofifah mendapat masukan dari beberapa industrial yang kesulitan mencari tenaga kerja karena mereka bertahan tidak lebih dari 3 bulan.
Mantan Mensos RI itu, mewacanakan kurikulum SMK dirubah dengan komposisi 4 semester materi di kelas, 1 semester magang di lpangan dan 1 semester persiapan ujian. "Wacana ini sudah saya bahas dengan Diknas Jatim, dalam dlam waktu dekat akan kita matangkan," terang orang nomor satu di lingkungan Pemprov Jatim.
Menurut Khofifah, praktek magang SMK selama ini hanya kisaran 12-14 hari sehingga tak nutut untuk membentuk attitute. Padahal kerja di perusahaan itu time work supaya bisa mengenali dengan baik dunia kerja yang sesungguhnya tentu jadwal magang perlu diperpanjang waktunya