Berita
Anggota DPRD Jatim, Erma Susanti.
Kesehatan

Erma Susanti Desak Itensifkan Kader Jumantik Tekan DBD di Kota Blitar

Melonjaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Blitar memantik Anggota DPRD Jatim, Erma Susanti untuk menekan angka penderita DBD di Kota Blitar, kader jumantik harus diitensifkan.

Adi Suprayitno Selasa, 17 Januari 2023

Melonjaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Blitar memantik Anggota DPRD Jatim, Erma Susanti. Untuk menekan angka penderita DBD di Kota Blitar, kader jumantik harus diitensifkan. 

 

Erma menjelaskan, selama ini demam berdarah penularan lewat nyamuk Aedes Aegypti. Selama pertumbuhan nyamuk tinggi dan penyebaran tinggi di suatu tempat, maka disitulah menjadi titik wabah.

 

Jika pertumbuhan dan perkembangan nyamuk menjadi banyak, maka upaya pencegahan harus segera dilakukan dengan membuat gerakan untuk berantas jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.

 

"Memang harus menjadi gerakan bersama masyarakat, tidak bisa pemerintah sendirian. Jadi sebenarnya SOP (Standar Operasional Prosedur) pencegahan dan mengatasi agar tidak naik setiap tahun di musim hujan sudah ada dari kementerian (Kemenkes)," ujar Erma, dikonfirmasi, Selasa 17 Januari 2023.

 

Upaya mengurangi jentik nyamuk bisa menggerakkan langkah 3M yakni Menguras, Mengubur, dan Menutup.  Gerakan masyarakat lewat kader Jumantik itu bisa dilakukan di setiap RT/RW. Pemberantasan jentik nyamuk bisa melalui kerjabakti setiap Minggu sekali.

 

Kedua, kader Jumantik di bawah harus sering melakukan survei untuk bisa mengetahui dan mendata tempat yang berpotensi penyebaran demam berdarah. 

 

"Misalnya datang ke rumah untuk melihat ada genangan air atau tidak. Sekaligus melakukan edukasi ke masyarakat agar melakukan 3M serta melakukan pencegahan," tuturnya. 

 

Politikus asal PDI-Perjuangan itu menyebut, pencegahan bisa melalui fogging, dan membagikan obat abate untuk ditempatkan di genangan air. Dengan begitu, tidak ada tempat berkembangnya nyamuk.  

 

Setelah preventif, Erma menilai kuratif juga penting karena tiap masyarakat belum tentu edukatif terhadap kasus DBD. Terkadang masyarakat menganggap sepele ketika badannya terasa mual dan panas.

 

"Mungkin dianggap bukan DBD. Dianggap sakit maag, sakit panas. Kemudian harus edukatif, kalau sudah minum obat, panasnya masih belum turun selama berhari-hari, maka bisa indikasi (DBD).Sehingga harus segera ke Puskesmas," tambahnya.

 

Perempuan yang  berlatar belakang LSM itu meminta kader PKK untuk memberi edukasi ke masyarakat, terutama pada ibu-ibu. Mengingat DBD banyak terjadi pada anak-anak sehingga orang tua melihat gejala demam berdarah harus segera dibawa ke Puskesmas. 

 

"Tentunya Puskesmas bisa menjangkau pada masyarakat. Namun upaya edukasi bisa dilakukan oleh Puskesmas," paparnya.

 

Erma membantah di Kota Blitar tidak ada kader Jumantik. Ia mengaku selama ini kader Jumantik di Kota Blitar dikoordinir oleh Puskesmas.

 

Erma tak memungkiri bahwa saat ini musimnya tidak jelas. Terkadang hujan, atau panas. 

 

"Ini kemarau atau hujan. Global climate tidak jelas. Sehingga memungkinkan adanya peningkatan nyamuk berkembang. Artinya saat kasus tertentu nyamuk itu banyak. Karena global climate tidak jelas, maka tidak bisa diidentifikasi DBD kapan tinggi, kapan rendah," terangnya.

 

Erma menyebut penyakit DBD tahun ini siklusnya tidak sama dengan tahun sebelumnya. Maka, bisa menjadi peringatan untuk semua, baik pemerintah maupun Dinas Kesehatan. 

 

Untuk diketahui, data Dinkes Kota Blitar, kasus DBD di daerahnya melonjak pada tahun 2022 lalu yakni sebanyak 94 penderita. Jika dibandingkan tahun 2021, tercatat ada kenaikan dua kali lipat. Dimana tahun 2021, data Dinkes menyebut ada 49 kasus DBD.

 

Administrator Kesehatan Ahli Muda Dinkes Kota Blitar, dr. Trianang Setyawan membeberkan bahwa 94 penderita DBD pada 2022, kebanyakan pasien usia 5-14 tahun yang mencapai 58 orang.

 

Sementara pasien usia 15-44 tahun ada 20 kasus, pasien usia 1-4 tahun ada 8 kasus, pasien usia di bawah satu tahun ada 6 kasus, dan pasien usia di atas 45 tahun ada 2 kasus.

 

"Satu pasien DBD meninggal dunia pada 2022," ungkapnya.

 

Trianang menilai melonjak penderita DBD akibat faktor cuaca. Bahkan awal Januari 2023 sudah ada beberapa pasien dirawat. Namun masih didiagnosa untuk memastikan DBD atau bukan.