Berita
Anggota Komisi D Deni Prasetya
Komisi D

Kurangi Impor, Komisi D Dorong Peningkatan Produk Pertanian

Anggota Komisi D Deni Prasetya mendorong Pemprov Jatim untuk meningkatkan produk pertanian serta mengurangi ketergantungan produk pertanian dari negara lain.

Ihya Ulumuddin Rabu, 12 April 2023

Kota Surabaya – Anggota Komisi D Deni Prasetya mendorong Pemprov Jatim untuk meningkatkan produk pertanian serta mengurangi ketergantungan produk pertanian dari negara lain.

Menurutnya selain padi, Jatim juga memiliki potensi besar dalam bidang pertanian, diantaranya adalah Jagung. Berdasarkan data BPS, produksi jagung Jatim pada tahun 2021 mencapai 6,662 juta ton PPK dari luas panen 1,230 juta Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 54,16 Ku/Ha. Produksi jagung Jatim tersebut berkontribusi 26,34 % terhadap nasional. Namun dibalik tingginya nilai produksi jagung ada beberapa kendala yang dihadapi petani padi.

“Di sejumlah komunitas pertanian jagung, khususnya di area pertanian yang berada di area desa hutan, menghadapi sejumlah masalah kompleks mulai dari serangan hama tikus, permodalan saat tanam, input pupuk, dan jaminan harga saat panen,” kata Deni, Rabu (12/4/2023).

“Hal ini harus segera mendapatkan perhatian dari Dinas Pertanian dan BUMD sektor pertanian yang memiliki peran peran avalis untuk membantu problem-problem pertanian di masyarakat desa hutan. Sehingga, produksi dari pertanian jagung bisa lebih meningkat lagi,” imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, Deni juga menyoroti produksi bawang putih dan kedelai yang selama ini  Jatim masih memiliki ketergantungan produk bawang putih dari negara lain atau impor.  “Sementara Jawa Timur memiliki sejumlah area pegunungan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai basis produksi budidaya bawang putih agar tidak selalu tergantung pada bawang putih impor,” jelasnya.

Deni menyayangkan, ada beberapa hal yang menjadi kendala utama petani mulai dari kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap wilayah yang potensial serta kelangkaan pupuk yang dihadapi petani.

 “Seperti yang dilaporkan Serikat Petani Indonesia (SPI) bahwa lonjakan harga pupuk nonsubsidi yang mencapai 100 persen masih terus terjadi. Hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi petani karena harga jual komoditas yang masih rendah di tingkat petani dan kenaikan harga komoditas yang tidak normal di tingkat pasar,” tandasnya.

Deni juga berharap pemerintah segera memberikan solusi terkait kendala-kendala yang terjadi di kalangan petani.