Berita
Anggota Komisi E DPRD Jatim, dr Benjamin Kristianto MARS
Berita Dewan

Komisi E Minta Penanganan Stunting Terprogram Dengan Baik

Komisi E DPRD Jawa Timur meminta pemerintah agar dalam membuat program penurunan angka penderita stunting tidak hanya seremonial saja. Namun program tersebut harus terprogram dan terorganisasi dalam waktu panjang, sehingga masyarakat memahami tindaklanjut yang harus dilakukan usai diberi sosialisasi pencegahan stunting.

Adi Suprayitno Sabtu, 01 April 2023

Komisi E DPRD Jawa Timur meminta pemerintah agar dalam membuat program penurunan angka penderita stunting tidak hanya seremonial saja. Namun program tersebut harus terprogram dan terorganisasi dalam waktu panjang, sehingga masyarakat memahami tindaklanjut yang harus dilakukan usai diberi sosialisasi pencegahan stunting.

 

Anggota Komisi E DPRD Jatim, dr Benjamin Kristianto MARS menjelaskan, seharusnya stunting bukan hanya program saja yang hanya seremonial saja. Mengingat pencegahan penderita stunting pada bayi membutuhkan waktu panjang. 

 

“Stunting bukan hanya program saja. Misal ada program stunting, ada. Apa itu, pemberian makanan tambahan. Tetapi tidak hanya sebatas itu, dan butuh waktu panjang,” kata Benjamin, Sabtu 1 April 2023.

 

Poltisi asal Partai Gerindra itu menjelaskan, hal yang penting adalah merubah mindset masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi. Mengingat selama ini pola pikir masyarakat adalah makanan yang mahal pasti mengandung gizi tinggi.

 

Untuk itu, dibutuhkan suatu kegiatan yang terprogram dan terorganisasi dalam waktu panjang. Kegiatan ini untuk memberi pemahaman makanan-makanan yang mengandung gizi tinggi kepada ibu hamil, namun mudah didapat dan tidak mahal.

 

“Kita harus bisa merubah, yang dipikir dulu adalah budaya masyarakat yang ingin memperbaiki gizi anak-anak, dan memberi ilmu soal makanan yang didapat sehari-hari tapi nilai gizinya tinggi. Wow,.. makan daging steak, gizinya tinggi. Tidak mesti begitu,” tuturnya,

 

Pria yang juga anggota Komisi E DPRD Jatim itu meminta agar pembuat program kebijakan untuk berhati-berhati. Dengan begitu, program tersebut tidak hanya seremonial saja.

 

“Simbolis ada. Program ini ada, sosialisasi ada. Tidak ada tindaklanjut. ya akhirnya program itu keluar anggaran. Kumpulin massa, foto-foto, massa akhirnya bingung, saya mau ngapain selanjutnya,” bebernya.

 

Benjamin berharap dalam kegiatan sosialisasi program pencegahan stunting ada petunjuk teknisnya. Setelah diadakan pelatihan, diharapkan bisa merekrut masyarakat lain hinga terbentuk kelompok-kelompok penyuluhan. Nantinya tiap kelompok sosialisasikan makanan-makanan yang mudah didapat, tetapi gizinya tinggi. “Jadi ada pelatihan untuk mengubah mindset, merubah perilaku, budaya,” pungkasnya.