Berita
Pimpinan DPRD

Sadad Sebut Khofifah Tertinggal Di Sektor Pembangunan

Sadad Sebut Khofifah Tertinggal Di Sektor Pembangunan

Yuli Iksanti Sabtu, 26 Desember 2020

48 hari lagi, tepatnya 13 Februari 2021, genap dua tahun duet Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak memimpin Pemprov Jatim.

Selama dua tahun itu pula, Jatim benar-benar merasakan kepemimpinan berbeda. Sebab, untuk kali pertama provinsi yang sudah memperingati Hari Jadi ke-75 tersebut — 12 Oktober 2020 — dinakhodai oleh seorang gubernur perempuan.

Adakah perubahan yang signifikan, apalagi dalam 10 bulan terakhir Jatim — juga provinsi lain di Indonesia — harus berjibaku dengan pandemi Covid-19?

Wakil Ketua DPRD provinsi Jatim dari Fraksi Partai Gerindra, Anwar Sadad menuturkan, salah satu tipikal pemimpin perempuan cenderung tidak progresif. Secara alamiah, pemimpin perempuan digerakkan oleh naluri untuk selalu melindungi. Ini tergambar dari kehidupan seorang ibu.

“Nah, di saat rakyat tengah mengalami musibah pandemi Covid-19, sosok kepemimpinan perempuan sebagai pelindung makin kuat,” cetusnya.

Sentuhan tangan dan kehadiran ibu, lanjut Sadad, secara fisik di banyak tempat, di mana masyarakat tengah mengalami kemalangan membuktikan hal itu.

“Tapi dalam soal progresifitas pembangunan, sorry to say, Jatim tertinggal,” tandas Sadad yang juga Plt Ketua DPD Partai Gerindra Jatim.

Dia mencontohkan kinerja produktivitas hasil pertanian. Luasan lahan pertanian pangan Jatim lebih luas dari Jateng, tapi produktivitas malah tertinggal dari provinisi yang dipimpin Ganjar Pranowo tersebut.

“Kinerja penurunan kemiskinan dan pengangguran juga harus diakui memburuk secara y-to-y (year to year),” sambungnya.

“Tapi dalam soal progresifitas pembangunan, sorry to say, Jatim tertinggal. Mengutip  data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, jumlah penduduk miskin di Jatim pada Maret 2020 mengalami kenaikan mencapai 4.419,10 ribu jiwa atau 11,09 persen," paparnya.

“Bertambah sebesar 363,1 ribu jiwa, jika dibandingkan dengan September 2019 sebesar 4.056,00 ribu jiwa atau 10,20 persen,” jelasnya.

Sebelumnya, Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan merinci, selama periode September 2019 hingga Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 244,0 ribu jiwa, dari 1.438,15 ribu jiwa pada September 2019 menjadi 1.682,14 ribu jiwa pada Maret 2020.

Jika dipresentase, penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,77 persen naik menjadi 7,89 persen pada Maret 2020.

Sedangkan di daerah perdesaan naik sebanyak 119,1 ribu jiwa, dari 2.617,85 ribu jiwa pada September 2019 menjadi 2.736,97 ribu jiwa pada Maret 2020.

Secara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2019 sebesar 14,16 persen, naik menjadi 14,77 persen pada Maret 2020.

Soroti Pertumbuhan Ekonomi
Selama ini, Sadad memang cukup kencang mengkritisi kinerja Khofifah-Emil, terutama di sektor ekonomi. Setahun lalu, dia bahkan menyebut duet ini miskin inovasi lantaran dalam setahun kepemimpinannya pertumbuhan ekonomi Jatim mandek.

Saat itu, data BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2019 sebesar 5,32 persen (y-o-y).

Angka ini terendah dalam lima tahun terakhir secara y-o-y. Bahkan dalam perhitungan q-to-q perekonomian Jatim mengalami kontraksi 1,68 persen.

“Saya tak ragu menyebutkan bahwa mandeknya pertumbuhan ekonomi setahun yang lalu, karena miskinnya inovasi yang dilakukan oleh gubernur dan wakil gubernur,” pungkasnya.