Berita
Pimpinan DPRD

Selamatkan Generasi Bangsa, DPRD Jatim Minta Vaksinasi Covid-19 Diubah Berbasis Keluarga

Selamatkan Generasi Bangsa, DPRD Jatim Minta Vaksinasi Covid-19 Diubah Berbasis Keluarga

Fathis Su'ud Jumat, 23 Juli 2021
Semakin meluasnya sebaran Covid-19 di Jatim hingga menyasar generasi muda dan anak-anak, nampaknya menjadi perhatian serius kalangan wakil rakyat. Bahkan DPRD Jatim mendesak supaya percepatan vaksinasi bukan lagi berbasis personal tetapi berbasis keluarga.
 
"Dari data yang dilaporkan, peningkatan kasus Covid-19 di Jatim itu terbanyak berasal dari kluster keluarga, sehingga kasus pada anak-anak juga meningkat. Makanya kami minta vaksinasi Covid-19 juga diubah berbasis keluarga bukan lagi personal agar bisa menyelamatkan generasi bangsa," pinta Kusnadi ketua DPRD Jatim, Jumat (23/7/2021).
 
Bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN), politikus asal PDI Perjuangan ini mengaku sedih lantaran banyak anak-anak yang menjadi korban terpapar Covid-19. Bahkan mereka kini menyandang status Yatim Piatu karena kedua orang tuanya sudah meninggal akibat Covid-19.
 
"Mungkin saat ada anggota keluarga lagi isoman atau OTG tak menyadari sehingga menular ke seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak ikut terpapar Covid-19. Makanya vaksinasi perlu dilakukan berbasis keluarga supaya anak-anak terlindungi," harap ketua DPD PDI Perjuangan Jatim.    
 
Tingkat kerentanan anak-anak juga akan semakin besar, jika proses pembelajaran tatap muka (PTM) dimulai. "Mumpung PTM belum dimulai, langkah pemerintah meningkatkan kekebalan masyarakat harus tepat sasaran yakni vaksinasi berbasis keluarga," imbuhnya. 
 
Terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga mengajak seluruh elemen masyarakat melindungi anak-anak dengan cara lebih memasifkan Vaksinasi Covid-19 pada generasi muda. Hal ini sejalan dengan tema peringatan HAN 2021, 'Anak Terlindungi, Indonesia Maju' dengan Tagline #AnakPeduliMasaPandemi.
  
"Implikasi pandemi ini bagi anak- anak begitu besar. Banyak anak mengalami berbagai persoalan, seperti masalah pengasuhan karena orang tuanya positif covid-19, kurangnya kesempatan bermain dan belajar, serta meningkatnya kasus kekerasan selama pandemi akibat diterapkannya kebijakan jaga jarak maupun belajar dan bekerja di rumah," kata Khofifah.
 
Tak hanya itu, berdasarkan laporan Komite Penanganan Covid-19 Nasional   di laman covid19.go.i, per tanggal 21 Juli 2021, tercatat jumlah kasus tekonfirmasi positif di Jatim mencapai 249.242 kasus. Dengan 22.107 kasus diantaranya adalah kasus yang menyerang pada anak-anak dengan usia di bawah usia 18 tahun. 
 
"Dari 249.242 kasus positif covid-19 di Jatim tersebut, terdapat 16.495 jiwa yang meninggal dunia. Dan dari 16.495 jiwa yang meninggal tersebut, sebanyak 93 jiwa anak-anak (46 anak usia O-5 tahun dan 47 anak usia 6-18 tahun)," tandas Khofifah. 
 
Lonjakan kasus covid-19 di Jatim ini banyak terjadi pada klaster keluarga. Klaster keluarga adalah penyebab virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah. Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang telah lebih dulu terpapar, lalu menularkan pada anggota keluarga lain. 
 
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif. Antara lain membiarkan anak anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan. 
 
"Anak-anak kita di Jatim harus kita lindungi. Salah satunya dengan pemberian vaksinasi. Untuk saat ini, sudah tersedia vaksinasi bagi anak yang diberikan untuk anak dengan rentang usia usia 12 - 17 tahun," terang Khofifah. 
 
Di Jatim,  jumlah anak usia tersebut sebanyak 3.093.465 jiwa. Untuk itu, Khofifah mendorong elemen orang tua, guru, dan juga tokoh masyarakat agar turut menggencarkan vaksinasi covid-19 untuk anak. 
 
"Pemberian vaksin anak-anak tidak hanya melindungi anak dari infeksi virus corona, melainkan juga penting untuk mencegah anak-anak menularkannya kepada orang dewasa yang rentan. Selain itu, perlindungan anak merupakan bagian dari investasi pembangunan SDM," jelas mantan Mensos ini. 
 
Pemenuhan hak dan perlindungan anak secara optimal akan menghasilkan individu berkualitas yang membawa kebangkitan dan kemajuan Jatim di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika permasalahan anak tidak tertangani dengan baik maka generasi selanjutnya akan menjadi beban bagi Pemerintah. 
 
"Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem perlindungan anak yang efektif melindungi anak dari segala bentuk  kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran terutama pada masa pandemi ini. Selamat Hari Anak Nasional, Anak Terlindungi, Indonesia Maju," pungkas Khofifah.