Berita
Anggota DPRD Jawa Timur , Hari Putri Lestari
Reses

Hari Putri Lestari Beri Motivasi Anak Muda Agar Sukses Berkarya dan Berwirausaha

Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Hari Putri Lestari memberi motivasi ke anak muda Desa Jokarto, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang untuk tidak putus asa menjadi pengusaha sukses.

Adi Suprayitno Selasa, 05 Desember 2023

Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Hari Putri Lestari memberi motivasi ke anak muda Desa Jokarto, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang untuk tidak putus asa menjadi pengusaha sukses.

 

Hari Putri Lestari memberi motivasi untuk menjawab keresahan pemuda Desa Jokarto karena angka pengangguran tinggi. Hal itu disampaikan saat serap aspirasi di Desa Jokarto, Senin 5 Desember 2023 malam.

 

Menurut wanita yang akrab dipanggil Lestari itu, selama ini orang menganggap salah persoalan pengangguran. Dia meminta pemuda melihat lingkungan sekitar, baik satu RT, satu desa, maupun satu kecamatan.  

 

"Secara kasat mata, maupun secara data. Ini kan banyak angka pengangguran sekian juta, 

gitu kan?," ujarnya.

 

Lestari menyebut untuk menjadi pengusaha sukses harus banyak belajar dari orang yang sudah berhasil. Jika berbicara kegagalan, maka orang tersebut menjadi pengangguran.

 

Pemuda yang ingin menjadi orang kaya harus bisa membandingkan orang yang sudah sukses. Baik di keluarga,

lingkungan, maupun yang secara luas. Selanjutnya melihat negara-negara

lain yang angka penganggurannya sedikit. 

 

"Kita lihat negara terdekat, Singapura. Filipina. Mungkin juga negara-negara lain," paparnya.

 

Anggota Komisi A DPRD Jatim itu menjelaskan, bahwa Negara Singapura dan Filipina menjadi negara makmur karena etos kerja warganya tinggi. Tiap hari warga negara Singapura dan Filipina banting tulang untuk menjadi orang sukses.

 

Menurutnya, tenaga kerja Indonesia kalah dengan Filipina karena etos kerjanya lebih ketat. Hal ini terlihat semangat warga Filipina belajar Bahasa Inggris. Meskipun Filipina mempunyai bahasa nasional sendiri.

 

"Filipina itu lebih kecil (negara) dari kita. Tapi etos kerjanya lebih ketat. Filipina itu punya bahasa sendiri, tapi dia ingin

menguasai Bahasa Inggris. Tapi saya enggak mengatakan harus Inggris, Inggris hanya nasional," tuturnya.

 

Tenaga kerja dari luar negeri lebih laku karena tingkat kedisiplinan tinggi. Sementara minimnya minat terhadap tenaga kerja Indonesia bukan persoalan tingkat kecerdasan. Mengingat di Indonesia banyak orang pintar. Tetapi persoalannya adalah kedisiplinan,dan kepedulian terhadap orang lain masih rendah. 

 

"Belajarlah dari 2 sisi. Orang itu gagal itu kenapa ya? Karena dia tidak peduli meningkatkan prestasinya. Padahal prestasi tidak harus sarjana," paparnya.

 

Lestari mencontohkan di Negara Singapura, anak berusia 6 sampai 9 tahun sudah dipsikotes. Beda halnya di Indonesia, psikotes hanya dilakukan mau masuk kuliah atau saat melamar pekerjaan.

 

Jika anak berusia 6 -9 tahun sudah dipsikotes, maka bakat anak bisa diketahui sejak dini. Dengan begitu, anak memiliki kemudahan untuk menjadi pemuda yang sukses.

 

"Jadi jangan dibandingkan Indonesia dengan Singapura. Kita (Indonesia) lebih kaya, lebih makmur. SDM manusia kita banyak," pintanya.

 

Lestari menambahkan, pemuda di Singapura yang sudah menikah pasti memberi stigma positif kepada anaknya untuk semangat berkarya dan bekerja.

Maka, kalau pemuda Indonesia sekarang ini sudah malas, nantinya generasi muda yang akan datang juga malas bekerja.

 

"Saya tidak mengatakan anak tukang becak tidak bisa lebih (sukses) loh.

Banyak anak tukang becak menjadi doktor. Iya kan tergantung kitanya," tegasnya.

 

Setelah menjadi orang sukses, generasi milenial tidak boleh mempunyai prinsip memikirkan dirinya sendiri. Tanpa peduli kondisi keluarga atau lingkungan sekitar yang derajatnya di bawahnya. Maka, hidup tidak nyaman karena ada ketimpangan.

 

"Jadi anak muda itu tidak

boleh,  yang penting aku enak. Aku sudah kaya misalnya, kalau anak muda atau seseorang hidup kaya,

Keluarganya kaya. Tetapi kanan kirinya miskin itu akan ada ketimpangan," ucapnya.

 

Lestari mengaku prihatin kalau ada anak muda yang  tidak ada perhatiannya kepada lingkungan terdekat. Baik situasi RT/RW, masyarakat, bahkan negara. Jika hal ini dibiarkan karena hanya memikirkan dirinya sendiri, maka tidak ada yang kritis terhadap kehidupan.

 

"Udah enggak ada yang orang bersifat kritis. Hati hati, loh kita dijajah secara tidak langsung. Misalnya, perusahaan

perusahaan. Yang menguasai saham saham itu orang asing. Atau orang

orang kaya saja yang menguasai perusahaan itu," pungkasnya.